Senin, 06 Mei 2013

Penembak Jadul 3. ( Merambah Dunia Mbediles Malam ).

Berangkat mbedil bareng om Antok


Sekitar tahun 1993 kala saya dolan ke rumah kawan di Janti, ndilalahnya ketemu lek Ponidi yang baru pulang mbedil bareng Mas Idrus yang punya bengkel sepeda motor di depan Kantor Proyek Progo Jalan Solo. Waktu itu Lek Pon bawa hasil dua ekor belacan ( Kucing Hutan ) ukuran tanggung yang akan dipotong. Langsung saja saya minta untuk saya kuliti karena kulitnya bagus dan akan saya coba awetkan. Sambil menguliti saya tanya bagaimana cara berburunya kok bisa dapat buruan di malam hari, karena setahu saya berburu binatang malam biasanya menggunakan anjing. Lek Ponidi bilang katanya berburu nggunakan lampu sokle ( Blor ) kemudian bila lihat kilatan mata baru dikejar dengan lampu senter biasa baru bisa ditembak. Pulang dari janti saya mampir ke bengkel Mas Idrus untuk minta ijin ikut berburu bila Mas Idrus berangkat mbedil malam dan Mas Idrus memperbolehkan janjian malam kamis manti berangkat. Sampai rumah  kulit segera saya awetkan dengan hasil bagus lumayan sempurna dengan mata sudah saya ganti dengan kelereng. Saya jemur tiga hari dan kering sempurna dan saya taruh di atas bufet menghiasi rumahku.

Malam kamis saya berangkat ikut berburu untuk pertama kali, saya hanya ikutan saja tanpa membawa senapan sendiri hanya ingin tahu saja piye caranya berburu malam. Berangkat jam sembilan malam dengan dua sepeda motor satu untuk Mas Idrus dibonceng Mas Mul dengan lampu shalbeem (halogen) beserta accu 12 volt mulik motor Binter Mercy, satu motor lagi saya pakai membonceng Lek Wiji adiknya Lek Ponidi ngikut dibelakang. Senjata yang dipakai Mas Idrus adalah bedil Cannon Special tabung besar tanpa telescop dan satu lagi yang dipakai mas Mul merek Bramasta Antariksa juga tanpa telescop. Masing-masing penembak membawa senter tiger yang sudah dipotong perutnya sedikit dibawah kepala lalu disambung dengan kayu yang sudah dibentuk menyesuaikan kenyamanan pegangan bila dipakai menembak dengan accu basah  6 volt ditaruh di jrigen bekas tiner yang sudah dibuat wadah dan tutupnya terus disabukkan di pinggang. Saya terus mengamati perlengkapan yang dibawa dan sempat saya tanyakan mengenai peluru yang digunakan dan ternyata memakai peluru Beman Kodiak. Mulai kami berangkat ke arah selatan yaitu wilayah persawahan di Berbah dengan sepanjang jalan memainkan lampu blor ke pematang-pematang sawah dan sesekali ke pepohonan dan beberapa kali kami berhenti karena ada kilatan mata yang setelah di cek ternyata hanya mata kucing yang bermain di sawah. sampai daerah Kalitirto kami berhenti dan mas Idrus turun karena melihat mata terus dikejar, ditembak dan kena, ternyata seekor belacan yang tetembak tepat di kening lalu diikat di belakang jok motor. Perjalanan dilanjutkan hingga kami masuk daerah Kalasan dan kami lihat kilatan mata di pohon bambu, mas idrus turun lalu mengejar dan beberapa kali tembakan ahirnya hewan buruan jatuh ternyata seekor luwak pandan yang baunya wangi. Kami lanjutkan pejalanan dan beberapa kali berhenti mengejar buruan dan sampai pulang kami tidak bertambah hasil buruanya. Saya sangat senang malam itu mendapatkan ilmu baru tentang teknik berburu malam yang waktu itu memang belum banyak yang berburu malam bahkan semalampun kami tidak bertemu rombongan lain.

Blacan pic

Mulai saat itu saya terus berusaha membuat peralatan kelengkapan berburu malam  seperti lampu senter, wadah accu dan juga belanja kelengkapan lain seperti sepatu boot, topi sebbo dan yang paling penting senapan penumatik atau pompa karena walaupun sudah punya senapan spring tetapi kurang mantep liat yang lain bawa senapan pompa. Senapan saya dapatkan dari seorang penembak senior yang juga pelatih menebak yang nasibnya juga sama kaya saya yaitu tidak diperhatikan di daerah dendiri dan hengkang melatih di Perbakin Kaltim bernama Bapak Tutut Tri Toto. Beliau waktu itu memiliki senapan merek Benjamin Franklin seri T2 buatan tahun 1957 yang masih original waktu itu saya genteni dengan harga dua ratus ribu dan mulailah saya jadi murid mas Idrus kemana-mana ikut berburu malam. Semakin lama semakin tambah pengalaman dan saya sesekali bisa mendapat kesempatan menembak tetapi belum bisa point karena ternyata menembak malam lebih berat di mental karena sasaran yang relatif lebih besar dan bila berhadapan kita sebagai pemula sering kalah mental dan ngewel ( gemetaran ) hingga gagal menembak atau bila menembakpun luput tidak telak dan buruan tidak mati. Saya sering dimarahi mas Idrus karena sering meluputkan dan dikatakan kalau belum siap napas dan mental tidak usah nembak dulu nanti malah ngrusak hewan jadi giras atau cacat. Lama-lama sukses juga saya point dengan point pertama saya seekor anak luwak dan kedua seekor rase besar dan waktu itu saya langsung dibabtis mas Idrus dinyatakan lulus karena di rombongan kami belumlah lulus jadi pemburu sebelum menjatuhkan rase yang memang sangat lincah gerakanya dan mukanya sempit hingga susah mebidik pertengahan matanya. Setelah saya lulus jadi  pemburu masih sering ikut bareng mas Idrus tetapi sesekali geseh karena satu hewan buruan dikejar dua penembak dan kadang banyak yang tidak kebedil karena kami malah senter-senteran karena disamping cara memburu juga cara memainkan lampu juga ada tekniknya ya itulah seninya mbedil malam. Lama-lama saya mulai berangkat sendiri dengan lek Wiji dan saya sudah membeli lampu halogen juga hingga saya menjadi penembak mandiri bikin rombongan sendiri di luar mas Idrus. Acara opset mengopset semakin rajin saya lakukan karena kulit semakin gampang saya peroleh hingga rumah saya jadi kayak museum penuh binatang awetan dan semakin banyak karena setiap kali saya berangkat mmbedil sudah dapat dipastikan point bahkan kadang dobel-dobel. Itupun tidak perlu jauh-jauh cukup di daerah Pakem, Ngemplak pol sampai Cangkringan karena hewan buruan masih sangat banyak. Semalam point dua ekor itu sedah ngluputke lima ekor  ketemunya kewan lebih dari sepuluh kali. Wah jan senege jaman itu, kewan banyak, penembak masih jarang, mau nongseng tiap malam mesti kelakon. Berangkat jam delapam point satu atau dua jam sepuluh pulang, dikuliti, ditongseng langsung makan rame-rame. Kesenangan itu terus berlanjut hingga saya kenal Pak Puthu master pemburu landak dan saya akhirnya berguru pada beliau untuk bisa mendapatkan landak sebagai top scor bagi para pembedil malam.


Point belacan dengan Benyamin Sheridan 397

4 komentar:

  1. potone sek entuk rase gede kae kok ora di posting mas????

    BalasHapus
  2. mantab tenan gan....
    ikut dong kalu mau berburu
    http://berkahgrosir.com/senter-police-swat-98-000-watt/

    BalasHapus
  3. Benjamine isih ora ki? Kiro2 nek dilego tekan piro om?

    BalasHapus
  4. Benjamine isih ora ki? Kiro2 nek dilego tekan piro om?

    BalasHapus