Feinwerkbau-Sport-127
Gagal jadi atelit pun tidak jadi soal, mbaleni hibi lawas berburu dan golek ula. Masih setia dengan bedil kesayangan Feinwerkbau-Sport-127 ngawu-awu ngrentengi bajing, deruk & garangan. Lama-lama makin beragam perolehan perburuan saya, burung-burung berbulu bagus kadang-kadang juga saya dapatkan. Kadang-kadang sayang juga burung berbulu bagus kalaupun tertembak mati pasti hanya dicabuti bulunya paling pol digoreng untuk lawuh. Suatu saat timbul ideku untuk bagaimana caranya bisa mengawetkan buruan tersebut tetapi masih bingung tidak tahu bagaimana caranya. Kuingat waktu SD dulu pernah mengawetkan serangga kupu-kupu dengan menetesinya menggunakan minyak tanah lalu menjemurnya. Kucoba hal yangsama kulakukan pada media lain yaitu burung kecil yang sudah kutembak. Coba kurendam lalu kujemur tetapi hasilnya tetap membusuk dan bau lalu kubuang. Terus saya berusaha mencoba dengan bahan-bahan lainya tetapi hasilnya sama saja hingga suatu saat saya bertemu kawan yang kuliah di Fakultas Biologi UGM dan memberi saya formalin sebagai bahan pengawet. Dengan formalin kucoba suntikkan ke hewan yang akan saya awetkan hasilnya sempurna hewan utuh kering tidak busuk. Diawali dari burung-burung kecil sampai tupaipun aku suntik terus kusetel posisinya tetapi masih dalam keadaan utuh daging dan isi perutnya. Awalnya sih bagus tetapi lama-lama dagingnya kering hingga awetanya menjadi semakin kurus seperti orang kena TBC jueleknya minta ampun. Saya terus berpikir keras mencari pemecahan permasalahan itu hingga saya coba bereksperimen dengan bajing yang pada proses menguliti saya usahakan sobekan di perut sekecil mungkin dan melepas kulitnya seperti mencopot jaket dan ditinggalkan mulai pergelangan kaki, ekor serta kepala masih utuh. Kulit saya balik terus saya isi kapas lalu saya jahit kembali sobekanya dan terakhir bagian-bagian yang masih berdaging saya suntik formalin. Hasilnya cukup lumayan walau masih letoi ndak bisa tegak karena ndak ada yang nyangga dan betuknya kayak bantal tapi lumayan untuk pemula. Dari situ mulai terpikir untuk memberi rangka kawat biar bisa disetel dan akhirnya dalam eksperimen berikutnya sudah lebih sempurna hanya hasilnya masih kurang rapi saja. Hal serupa juga saya coba untuk mengawetkan ular, tekniknya juga sama tetapi teknik pengulitanya lain yaitu dengan membuka mulutnya, gunting belakang kepala dari dalam bukaan mulutnya, tarik keluar bagian dalamanya sisakan sedikit di ekor, dibalik diisi kapas dipasangi kawat sangkutkan di kepala, suntik formalin, setel jadi deh. Berawal dari situ saya semakin banyak mencoba mengawetkan binatang buruan hingga motivasi berburu saya berubah menjadi berburu untuk diawetkan dan dinikkmati ( Tropy Hunting istilah kerene). Sayangnya untuk burung saya masih belum bisa karena belum tahu tekniknya. Kesenangan ini terus berlangsung samapai saya lulus sekolah dan lanjut kualiah sampai sekitar tahun 1993 kala saya kenal almarhum mas Idrus yang tinggal di janti yang sudah lebih dulu bermain berburu malam dan saya akhirnya belajar dari beliau..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar