Lex Wiji sayah
Hasile ngrenteng 15 ekor
Bola-bali diajak tetangga rumah untuk nyoba mbedil codot ( kelelawar buah kecil ) masih males ikutan berangkat, mungkin kurang sreg karena ngak bareng bolone dewe. Dari cerita-cerita temen yang sudah pernah mbedil codot di pantai, konon katanya le mbedili codot di kebonan kelapa dan sasaranya pada mencok di bawah blarak sehabis pada minum legen karena di daerah itu mayoritas pohon kelapa pada dideres untuk diambil niranya dan dibuat gula merah. Katanya juga kalau pada mbedil kesana rata-rata pada point banyak diatas dua puluh ekor dan codotnya besar-besar. Lama-lama kok ya penasaran juga pengen nyoba nyodot kesana tapi belum ada kesempatan berangkat sama bolo-bolonya dewe dan titik lokasinya belum ngerti juga.
Narsis sambil nenteng 32 ekor
( Awet Enom )
Akhirnya pas saya ngantor dan ngobrol sama mas Sukoco konco kantor masalah service mobil, saya malah diajak ke bengkelnya pak Pur di Rogoyudan Mlati sebelah barat TVRI Jogja katanya diajak makan tongseng codot. Ternyata pak Pur dan putranya dik Iwan juga hobi mbedil codot di pantai dan hari itu habis berangkat ke Gedangan dan hasilnya di tongseng, dimakan bersama sekaligus ngundang kami. Wah cocok tenan tambah konco tambah pengalaman, dari obrolan kami dek Iwan cerita kalau dia poin sekitar empat puluhan dan ternyata codotnya gede-gede ndak kaya kalau saya mbedili di pohon rambutan yang berbuah, codotnya hanya kecil dan yang paling gede kalau pas dapat codot sawo ukuranya sama kaya yang dibedili di Gedangan. Penasaran saya terus kangsenan kapan saya tak ikut mbedil gabung sama rombongan dek Iwan dan diputuskan malam minggu berikutnya kita sepakat mangkat mbedil ke Congot.
Lek Moel ( Kank Heri )
Baru ajaran, lagi point 4 ekor
Kelakon malem minggu saya berangkat bareng mas Koco, Pak Pur, dik Iwan dan beberapa tenaga bengkel di bengkelnya pak Pur. Tujuan saya pertama adalah lokasi baru yang menurut info mas Imron tenagane pak Pur katanya rame juga codotnya , lokasinya katanya di daerah Bagelen Purworejo tetapi desa dan kampungnya kurang jelas sehingga kami asal masuk saja ke desa-desa yang sekiranya kelapanya dideres. Sampai di satu kampung pas nyoba tanya di pos ronda yang kebetulan ada beberapa orang peronda dan ndilalahnya ada satu yang mbawa bedil dan ndilalahnya lagi dia sudah nyentelke dua ekor codot. Soyo manteb rasane, pasti lokasine apik tur codote rame perkiraan saya. Dari informasi peronta tersebut lokasi mbedil tidak jauh dari pos ronda dan semua pohon kelapanya dideres, tambah matep lagi saya. Mobil berhenti, personil turun langsung bubar cari mangsa sendiri-sendiri, lama saya jalan sendiri nyentar-nyenter pepohonan kelapa hasilnya blas tanpa ada pergerakan codot apalagi sampai mbedil sasaran. sepi nyeyet sampai lama sekali saya jalan, dengkul sampai murub, lakang sampai mumpluk blas ra ketemu sasaran. Mangkel saya balik ke mobil dan ndak lama kawan kawan balik sambil misuh-misuh tanpa ada yang mendapatkan hasil. Mas Imron dionyo-onyo karena ngasih info ramutu dan kami bablas ke lokasi lama yaitu di Gedangan dekat Pantai Congot walaupun waktunya sudah banyak terbuang.
Om Wahno lumayan
Point 12 ekor
Sampai di Gedangan kami langsung turun dari mobil dan bubar cari mangsa sendiri-sendiri, saya yang baru pertama kali ikut langsung bablas ijen nlesep-nlesep kebonan kelapa di kanan kiri pekarangan rumah penduduk, biar baru pertama saya pd saja waton ndak kesasar. Ndak lama saya nyenter di bekas manggar muda yang diikat dan sudah dipotong, karena warnanya putuh jadi pas ada hitam-hitam nempel jadi kelihatan jelas. Benda yang nempel dan mencurigakan itu ukuranya cukup besar jadi saya ragu saya kira bukan sasaran karena sepengetahuan saya kalau saya mbedil codot ukuranya tidak segede itu. Lama saya senter akhirnya kelihatan kilatan matanya dan saya yakin itu codot besar, langsung bidik tembak dan blugg, codot jatuh kebanting suaranya keras berarti codotnya gede, dan benar codotnya gede lebih gede dari codot sawo di daerah saya. Makin mantap saya mbedilnya dan biarpun sendiri dan belum tau arah saya terus saja gerilya dan selanjutnya korban terus berjatuhan rata-rata pada hinggap di bawah blarak atau daun kelapa setelah puas minum kegen. Saya jadi tau kenapa di lokasi pertama tadi tidak banyak codot karena di lokasi pertama tadi walaupun banyak dideres pohon kelapanya tetapi nderesnya memakai bumbungan atau bambu yang ruasnya agak dalam dan permukaanya sempit sehingga codot tidak biasa minum, lain dengan lokasi ini yang semua pohon kelapanya dideres dengan penampung dari ember kecil atau ember bekas cat yang permukaanya tidak dalam dan mulutnya lebar hingga codot leluasa minum dan setelah puas nongkrong di bawah blarak hingga gampang untuk dibedil. Malam itu walaupun waktu sudah banyak terbuang di lokasi pertama, saya masih lumayan point dua puluh tujuh ekor ( lumayan bagi pemula yang baru pertama nyodot ) sedangkan dik Iwan dan rombongan point sekitar enampuluhan ekor, lumayan nggo tombo celik. Lepas dari pengalaman pertama saya jadi ketagihan dan pingin nyoba berangkat sendiri dengan rombongan mungkin rasanya lebih gayeng bisa puas le nyek-nyekan.
Om Lies narsis thok
Keblongan blas ndak point
Lain waktu saya berangkat beserta rombonganye sendiri dengan mobil saya dan tak supiri sendiri, berangkat dengan kekuatan penuh langsung njujug lokasi. Sampai lokasi bablas cari sasaran dewe-dewe dan hasilnya lumayan, masing-masing personil rata-rata point dua puluh ekor dan saya sendiri point penuh lima puluh tuju ekor. Nyenengke tenan mbedili codot disana, akhirnya ketagihan bola bali tak baleni sama bolo-bolo hingga tambah satu lokasi baru yaitu di daerah Tlepok masuk wilayah Kuthoarjo yang ternyata lebih banyak codotnya dan yang lebih asik lagi, tempat parkir mobilnya pas didepan warung makan tahu kupat dan penjualnya biasa bangun malam dan nyiapi makan kami kala kami capek gerilya codot. Bolak balik saya bedili dua lokasi itu hingga saat ini sasaran mulai menipis ditambah lagi serbuan pemburu codot dengan menggunakan jaring dari daerah Kotagede yang paling cepet memusnahkan codot diwilayah itu. Bagaimana tidak musnah, sekali oprasi njaring codot semalam paling kere mereka dapat seratus ekor dan mereka berangkat setiap malam karena hasilnya dijual untuk penghasilan. Akhir-akhir ini setiap kami coba berangkat paling banter point sembilan ekor itupun sudah paling bagus, bahkan pernah semalam cuman point tiga ekor. Ngabul-abul sangu thok hasile tidak memuaskan dan kami kini prihatin ndak ada kegiatan nyodot lagi, kewane punnnaaahhh... Nyodot tinggal kenangan....
Sisa-sisa gerilyawan codoter
Riski, Om Purwadi (Wex wox) & Kank Yoga