Manyun, nunggu cewek lewat
Mas maman sebenarnya asli dari Sleman karena leluhurnya berasal dari Godean dan orang tua beliau pada sekitar tahun 1975 mengikuti Transmigrasi ke Bengkulu dan Mas Maman sebagai generasi kedua. Selesai kuliah Mas Maman memutuskan untuk tidak merantau tetapi kembali ke tanah kelahiran untuk melanjutkan orang tua bertani. Malam berlalu dan pagi mulai menjelang kala kami bangun tidur terus hendak mandi ke kali di barat kampung dan sepanjang perjalanan saya nikmati hijaunya alam pedesaan yang masih asri, sejuk dan penuh pepohonan tinggi di daerah pegunungan. Beberapa kali mata saya melihat kelebatan bajing yang berlarian dan setelah saya perhatikan ternyata ada beberapa jenis bajing yang ada disana. Yang paling menarik perhatian saya adalah adanya bajing tiga warna (Tri Callor) dengan ukuran dua kali lebih besar dari bajing biasa di Jawa dan dengan warna dasar hitam di punggung , perut kemerahan dan ketiak kebawah berwara putih. Perpaduan warna sangat indah hingga saya saya bayangkan bisa memeliharanya.
Bajink Tiga Warna
Cakep Dehhh
Disamping bajing tiga warna ada juga jenis bajing yang agak kecil berwarna coklat agak pendek, tetapi anehnya bajing ini tidak pernah memanjat di atas pohon dan berkeliaran terus diatas tanah, tak pikir apa ini ya yang namanya bajing tanah. Eh ternyata benar itu bajing tanah kalau disana namanya bajing cocor.
Bajink Tanah Garis Tiga
Bajink Tanah Polos / Bajink Cocor
Ada lagi bajing kecil seperti cluring tapi warnanya beda lebih kemerahan dan ukuranya lebih gede dikit dari cluring jawa dan disini disebut bajing curing malem.
Bajink Curing Malem
Pulang mandi ndilalah juga ketemu jelarang, bajing besar sama seperti di jawa cuman bedanya disini lebih jinak dan relatif lebih gampang ditemukan tidak seperti di jawa yang hanya ada di daerah - daerah tertentu seperti di Cemoro Sewu Karanganyar.
Sampai rumah terus sarapan lanjut kongkow di teras sambil ngobrol, sejatinya yo pengen lek mbedil tapi sayang dari Jawa tidak mbawa bedil wong rencananya ke Bengkulu tidak untuk berburu tapi hanya untuk dolan. Tanya tanya wong sekitar ternyata di sana tidak mudah untuk membeli senapan angin karena di kota kabupaten waktu itu tidak ada satupun toko yang jual senapan angin jadi bila ingin cari senapan angin harus pergi ke ibukota propinsi yang jaraknya sangat jauh perjalanan sampai 5 jam, ampun deh.
Jelarang, Wuauww Cakep
Sampai rumah terus sarapan lanjut kongkow di teras sambil ngobrol, sejatinya yo pengen lek mbedil tapi sayang dari Jawa tidak mbawa bedil wong rencananya ke Bengkulu tidak untuk berburu tapi hanya untuk dolan. Tanya tanya wong sekitar ternyata di sana tidak mudah untuk membeli senapan angin karena di kota kabupaten waktu itu tidak ada satupun toko yang jual senapan angin jadi bila ingin cari senapan angin harus pergi ke ibukota propinsi yang jaraknya sangat jauh perjalanan sampai 5 jam, ampun deh.
Mumet kepalane dan daripada tambah mumet saya ikut saja sama Mas Maman pergi ke ladang untuk bersih-bersih tanaman kopi dan ternyata malah tambah mumet karna di ladang justru tambah banyak kewan buruan yang tertangkap oleh lensa mata ini, tobattttt tobat. Akhirnya tak beranikan diri tanya sama Mas Maman nek saumpamanya pinjem senapan di mana, kiro kiro boleh enggak ya, daripada mati ngenes selak kecut digoda kewan buruan. Tujunya sama Mas Maman saya dikenalke sama pemuda kampung disana yang punya senapan angin dan katanya boleh dipinjam. Sampai lokasi rumah pemilik senapan sayapun ditembungke sama Mas Maman tapi setelah tau senapanya saya jadi urung untuk meminjamnya. Lha gimana mau pakek , senapanya jenis Benjamin Kuda Terbang buatan Bandung itupun bocar-bocor ndak bisa nyimpen angin lama. Tambah stres saya meh nekat pergi ke kota untuk mbuh piye carane kudu dapet senapan, ndilalahnya nasip baik berpihak pada saya, konconya adike mas Maman punya senapan Sharp Inova Popor Plastik sudah komplit sama teleskupnya , wah lumayan tapi sayangnya tidak boleh dipinjam hanya boleh digenteni atau dibeli itupun herganya larang tenan. Bedil Sharp lawasan popornya plastik nek dirumah paling tak tinggal dilokasi untuk tinggalan para pemandu juga telescopnya hanya merek Nurcinia lensa 32 tanpa pembesaran variabel harganya minta Rp. 2.000.000,- waduhhh luarange puoool. Ehh gandeng kahanan yang mengharuskan seperti itu, harga larangpun tetep tak beli dan buatku cukup untuk nambani sirah yang muntup-muntup mau pecah.
Leyeh-leyeh
Kelakon dapat senapan dan ketika akan kucoba test akurasinya, ehh malah dipesen macem-macem sama pemiliknya. Dia katakan kalau titik perkenaan ada di atas sebelah kiri dari croshair dan dia bilan jangan dirubah-rubah karena katanya sudah pas. Setelah tak coba ternyata memang posisi perkenaannya juga di sekitar itu, waktu saya buka tutup turet untuk zeroing dia malah melarang katanya nanti ndak berubah setelanya. Woww ternyata baru saya ngerti nek disana kalau masang telescop bukanya turet yang disesuaikan zeroingnya tetapi penembak yang ngalah ngapalke dimana titik perkenaanya, karangno pemahamannya baru sampai disitu. Gantian saya jelaskan sambil saya mulai zeroing dan malah saya ganti yang ngajari bila perkenaan bisa disesuaikan dengan croshair sebagaimana mestinya, we malah dadi instruktur. Untungnya senapan yang tak beli itu masih cukup akurat dan telescopnyapun masih lumayan stabil tidak owahan mudah mudahan lancar tak jak mbutgawe.
Oprek - oprek sedikit lanjut seting peredam dan pastiin zeroing tetap nitik terus makan malam dan istirahat nunggu pagi untuk mulai gerilya. Pagipun datang dan hati saya berbunga-bunga lanjut mulai gerilya. Wah juann nikmate mbedil buruanya okeh, pokokmen surga dunia tenan umurnya jadi tambah panjang dua puluh tahun. Saya ngamuk nyampluki bajink macem-macem jenis sampai akhirnya dapat sak renteng itupun belum sampai siang. Puas deh hati ini danburuan terus dikuliti dan dimasak untuk makan sore dan rencananya nanti malam meh nyoba mbelor pengen ngabsen kewan apa saja yang ada disana untuk selanjutnya kapan kapan dibawakne bedil sek besar atau munimal sek genah ngak koyok sekarang pakek bedil darurat.
Malam harinya nyoba mbelor sama anak-anak muda kampung jalan kaki dan ndak terlalu lama sudah ketemu luwak pandan langsung tak sampluk "blugg" tepar. Anak muda yang tak suruh ngambil ternyata ndak berani karna dikira kewanya masih hidup, dia bilang kalau sebelumnya pernah nembak garangan yang ukuranya lebih kecil saja tidak mati apalagi luwak besar seperti itu. Terpaksa deh ngambil sendiri medun perengan dan setelah tak ambil mereka malah pada heran kok bisa ya luwak ditembak pakai bedil angin langsung mati. Lanjut mubeng mbelor lagi, ehh malah ketemu Binturong sejenis luwak besar sakpodo anjing nongkrong di pohon aren, jane bisa sih tak bedil tapi rasane kok eman-eman kewane cantik ketok jinak dan yang pasti itu kewan dilindungi hingga mung saya lewati.
Binturong si Luwax Jumbo
Terus dilanjut mbelornya hingga ketemu mata rada besar tapi pergerakan pindah dari pohon ke pohon kok cepet banget. Tak kejar akhirnya kelihatan binatangnya dan ternyata ukurannya tidak terlalu besar, dan setelah berhasil tak bedil, ehh jebulanya walang kopo atau dibilang tupai terbang kalau di Jawa Barat dibilang tando.
Walank Kopo
Walank Kopo Ngendong anak
Capek mbelor kita sak rombongan pulang bawa hasil yang lumayan dan sepanjang perjalanan saya sering sekali dengarsuara burung dermbombok atau ada yang menyebut burung ruak-ruak suwarane banyak rame banget dan bikin saya penasaran coba kapan-kapan tak sempriti pakai sempritan bambu. Sampai rumah sudah rodok pagi karena badan ngantuk berat langsung ketiduran sampai ndak ganti baju dan pagi harinya kala bangun tidur ternyata banyak darah di seputaran kaki, ternyata semalam tak terasa kaki saya dinggo pesta pacet dan mbuh pacete do pergi kemana tinggal darahe pating dlewer di kaki. Ya sudah ora popo itung-itung donor darah.
Pagi harinya bangun rodok kesiangan langsung mandi, bar mandi meh neruske mbedil lagi kok wis kesiangan tur rodok males, akhire ikut saja sama mas Maman dolan ke pasar yang kebetukan hari itu baru pasaran. Sampai pasar terus beli ini itu ehh ndilalahnya kok pad ada bakul jaring manuk. Pucuk dicinta bakul jaring tiba langsung saja saya beli satu ukuran panjang 15 meter tinggi 2,5 meter pas deh untuk cari burung sawah. Ndilalahnya juga kok ya ada bakul dolanan bocah dari bambu ada gangsingan, suling dan macem-macem, pas tak lihat ternyata juga ada sempritan manuk yang suwaranya thulit thulit, weeee cocok kie nanti malam wani tempur.
Seruling Asmara
Pemanggil Manuk Dermbombok
Siang harinya jadi males untuk mbedil dan akhirnya cuman melu mas Maman ke sawah di selatan dusun yang jaraknya agak jauh dan lokasinya dataran agak rendah serta ada rawa-rawa. Sambil mbantuin mas Maman nebar bibit padi di persemaian atau kalau di Jawa istilahe Ngipuk atau Ngurit, saya sempatke ngabsen kewan kewan yang ada disekitar sawah. Wou ternyata kalau lingkungan masih terjaga binatange juga masih pepak kumplit macem-macem. Sek paling berkesan adalah adanya beberapa burung belibis dan burung sandang lawe juga masih ada burung bango tong-tong, wah kumplit yo.
Manuk Sandang Lawe
di Jawa masih ada tapi udah sulit ditemui
Manuk Bango Tong-tong
lebih langka lagi disini masih banyak
Malam harinya udah do diampiri bocah bocah enom yang kemarin malam tak ajak mbelor ternyata mereka tuman ngajaki mbelor lagi, kali ini ndak tak ajaki melor tapi meh tak ajarin njaring manuk. Mereka tak suruh cari genter bambu atau galah mambu untuk cagak jaring dan membawa karung gandum untuk wadah buruanya. Berangkat kami berlima tanpa bawa bedil hanya bawa bambu jaring dan suling maut untuk nyoba ilmu saya dari jawa tak praktekin disini. Sampai lokasi kami milih tempat yang tenggar terbuka agak jauh dari semak-semak dan mulai kami masang jaring. Setelah jaring dipasang mulai saya bunyikan suling maut dengan suara ajek panjang terus tanpa putus-putus. Thulit thulit thulit thulit langsung dijawab dengan suwara kicauan ribut kruak kruak kruak kok kok kruak rame sekali. Ndak lama berselang mulai deh satu persatu mereka beterbangan ke arah kami dan karena terbangnya rendah tur bedigasan akhirnya satu dua ekor mulai masuk jaring. Pating grandul jaring meh penuh terus diambili lanjut nyemprit lagi. Malam itu poll senenge karena kami panen sampai hampir duaratus ekor , hepyyy deh.
Namuk Dermbombok
atau burung ruak-ruak
Puas deh cuti seminggu dua hari perjalanan empat hari di Talang Rejo Bengkulu bisa ngrasakne sensasi mbedil sumatranan walaupun hanya main cilikan tapi sudah bisa bikin heppy . Akhirnya saya pulang walaupun ndadak molor cutine dua hari mbolos ndak kerja penting bisa nyenengke pikir ndedawa umur. Matur nuwun mas Maman beserta keluarga yang telah menerima kehadiran saya di ndaleme, nanti lain waktu tak kesana lagi dengan persiapan yang lebih oke lagi biar ndak serba darurat, nuwun mas....sehat selalu.
Untuk sekarang lokasi seputar jogja yg kira2 masih agak rame mana mas...????
BalasHapusMaklum pembedil anyaran gak tau lokasi.
Untuk lokasi mbajing masih daerah nanggulan sama daerah sekitar sendang sriningsih prambanan. Untuk derukan sekitar candi ijo naik juga lumayan untuk main longring karena medane pereng-pereng nek main dleseran masih daerah pinggiran waduk kedungombo. Main unthulan mbengi masih daerah gunungkidul sekitar pantai wedi ombo dan daerah panggang. Ayam alas daerah Tlogolele and Stabelan pasar talun keatas dan daerah Wojo kulonprogo medane hutan jati tapi penak kalau kemarau
BalasHapusNuwun infonya mas bro.......
BalasHapus